Mencari Professor Pembimbing Studi dan Memulai Komunikasi

Raisa Rayyana Rachman di Ritsurin Koen, Kagawa
(maaf foto tidak nyambung dengan judulnya)

Sakura : Mencari Professor Pembimbing Studi

*Sekuel Buku 'Mencita Sakura'
Setiap orang yang melanjutkan studi keluar negeri pasti memiliki pengalaman unik masing-masing antara satu orang dengan yang lainnya. Tidak semua tips dan trik yang berhasil dilakukan oleh satu orang berhasil pula dilakukan oleh orang lain dalam proses pencarian kesempatan studinya. Oleh karena itu, mengetahui sebanyak mungkin cara-cara orang yang telah sukses mendapatkan kesempatan tersebut, adalah langkah bijak yang layak dicoba satu-persatu.
 Salah satu cara paling mudah adalah dengan meminta referensi dari senior, baik itu alumni lulusan luar negeri, professor dari kampus almamater, atau teman sejawat, atau relasi lainnya. Hubungan baik ini – utamanya dengan profesor/dosen almamater - harus dibangun dan dijaga dengan baik, karena hampir setiap pendaftaran kampus didalam atau diluar negeri selalu meminta rekomendasi minimal dari 2 orang ahli dibidang ilmu tersebut (biasanya profesor). Cara lainnya adalah dengan banyak mencari informasi melalui internet, kampus-kampus yang mempunyai jurusan ilmu sesuai dengan rencana studi.
Saat mencari jurusan studi disetiap kampus, cari tahu siapa saja dosen/professor yang mengajar mata kuliah di kampus tersebut. Setelah mendapatkan list nama pengajarnya, cari tahu satu-persatu biografi mereka. Caranya adalah dengan mempelajari jurnal/artikel apa saja yang pernah dipublikasikan, apakah bidang ilmu dalam tulisan yang pernah terbit sesuai dengan bidang ilmu yang akan diambil kedepannya. Setelah mendapatkan orang yang dianggap paling tepat untuk menjadi calon pembimbing studi, maka dapat memulai komunikasi melalui e-mail yang biasanya tersedia di laman profil professor yang bersangkutan.
Tips lain yang tidak kalah penting adalah, sebisa mungkin mencari tahu bagaimana kepribadian calon pembimbing. Satu-satunya cara adalah dengan bertanya kepada orang-orang yang pernah berinteraksi dengan beliau (mahasiswa dibawah bimbingannya). saya sampaikan sebisa mungkin, karena memang agak sulit melakukan hal ini, akan tetapi perjalanan studi yang panjang akan terasa lebih menyenangkan dengan berinteraksi dengan orang yang baik. Tidak hanya baik secara keilmuan saja, tetapi juga kepribadian.
Selama di Jepang, saya mendapat banyak gambaran tentang professor disekitar lingkup interaksi kami sesama mahasiswa Indonesia. Ada yang tidak pernah menanyakan kabar keluarga sama sekali, ada yang tidak mengucapkan bela sungkawa saat mahasiswa bimbingannya melaporkan meminta izin beberapa hari karena tengah kedukaan atas meninggalnya orangtua, ada yang dimarahi saat diketahui mahasiswa bimbingannya/istrinya hamil, dan lain sebagainya. Tentu saja hal-hal demikian – yang berhubungan dengan ‘rasa’ saat berinteraksi sosial – akan menjadi pengurang semangat dalam menjalani masa studi yang panjang dan berat.
Alhamdulillaah, suami mendapatkan seorang pembimbing yang baik hati dan sangat peduli keluarga, meskipun komunikasi pertama bukan atas rekomendasi senior. Kebaikan beliau banyak saya ceritakan di bab Cita Keempat, menikmati pengalaman hamil dan melahirkan ‘made in Japan’. Pembimbing saya pun demikian, yang merupakan salah seorang teman relasi dosen beliau – mempunyai karakter yang kurang lebih sama. Bersyukur sekali kami berada ditengah orang-orang baik yang membimbing keilmuan dan mendukung kehidupan nyaman selama tinggal di Jepang.
Apabila mendapatkan pembimbing yang masih dianggap ‘kurang berkenan secara rasa’, cara terbaik adalah berdo’a untuk melembutkan hatinya. Bagaimanapun, hanya Allah semata Dzat yang Maha Membolak-balikkan Hati Manusia sehingga menuntun gerak-geriknya memberikan ‘rasa’ terbaik kepada orang-orang sekitar yang berinteraksi dengannya.
Sakura : Memulai Komunikasi Terkait Rencana Penelitian
Bagaimana cara memulai komunikasi yang baik kepada seorang Professor, dapat ditanyakan kepada senior yang sudah pernah berhasil menjalin komunikasi hingga akhirnya diterima. Namun secara garis besar, dengan menggunakan Bahasa Inggris yang baku e-mail pertama kepada yang bersangkutan dapat dimulai dengan memperkenalkan diri, menyampaikan maksud tujuan dengan berlandaskan alasan bidang keilmuan yang sama, dan menyatakan harapan untuk dapat menjadi bimbingan si Professor. Jangan lupa untuk menyertakan biodata diri (curriculum vitae) lengkap dengan foto, dan rencana penelitian (research plan) kedepannya.
Untuk curriculum vitae, sertakan secara lengkap data diri yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang akan diambil, termasuk didalamnya pengalaman kerja, organisasi dan pelatihan yang pernah diikuti. Tidak perlu menuliskan hobi, latar belakang keluarga dan sejenisnya yang bersifat pribadi dan tidak ada kaitan dengan hal perkuliahan. Sementara hal penting lainnya adalah membuat research plan yang meyakinkan. Tentu saja dengan Bahasa Inggris yang baik dan benar, alangkah baiknya berkonsultasi dengan ahli bahasa terkait perbaikan tata bahasa (grammar) meskipun telah menggunakan jasa google translate.
Kemampuan berbahasa asing yang baik, khususnya Bahasa Inggris, memang menjadi kunci dalam keberhasilan perjuangan studi keluar negeri. Yang pertama jelas, untuk persyaratan administrasi TOEFL/IELTS yang pasti diminta oleh seluruh kampus diluar negeri. Akan tetapi yang jauh lebih penting adalah saat harus melalui tahap wawancara beasiswa ataupun wawancara tes masuk universitas. Bahkan terkadang Bahasa Inggris saja tidak cukup. Misalnya untuk negara Jepang, untuk beberapa Professor atau bidang studi tertentu mensyaratkan calon pelamar mampu berbahasa Jepang dengan lancar.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris – sebagai dasar skill yang disyaratkan – memang membutuhkan waktu dan biaya jika kemampuan dibidang ini masih tergolong rendah. Semua jenis skill atau keterampilan memang hanya dapat dikuasai dengan bertambahnya interaksi terhadap hal tersebut, atau dengan kata lain ‘jam terbang’. Semakin tinggi jam terbang untuk belajar dan berkutat dengan skill Bahasa Inggris, baik writing, reading, listening atau speaking, maka semakin baik pula penguasaan Bahasa tersebut. Instant adalah kata yang bisa disebut mustahil untuk proses menguasai sebuah keterampilan.
Dengan kemampuan Bahasa Inggris yang belum memenuhi syarat, suami rajin mengikuti kursus bahasa secara intens di Pusat Bahasa, dan mendaftarkan diri secara aktif setiap kali dibuka peluang pelatihan Bahasa Inggris untuk program IELTS di luar daerah. Dengan sendirinya, nilai yang diperoleh meningkat secara signifikan hingga memenuhi syarat untuk mengajukan beasiswa doktoral dan minimal nilai TOEFL/IELTS di kampus yang dituju beliau.

Comments

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Kehamilan Trimester Pertama di Jepang (3)

Study from Home Ala Anak SD Jepang