Memulai Sekolah Elementary School, Kindergarten, & Nursery School di Jepang


Sakura : Memulai Sekolah Elementary School, Kindergarten, & Nursery School

*Sekuel Buku 'Mencita Sakura'
Setiba di Jepang, pendatang internasional yang akan menyekolahkan anak-anak mereka tidak serta merta mendaftar dan masuk sekolah dalam waktu dekat. Sekitar 1 bulan lamanya sejak tanggal kedatangan, anak-anak diberikan waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelum masuk ke bangku sekolah. Sementara itu, proses pendaftaran sekolah pun dimulai segera sesuai dengan prosedur yang jauh berbeda dengan di tanah air.
Ahad malam kami tiba di apaato, hari Senin esok harinya pukul 10.00 kami langsung diantarkan oleh Sensei ke Yakuba// city hall/ kantor Miki Town setempat untuk mengurus segala keperluan administrasi terkait kedatangan keluarga baru. Berbeda dengan tanah air dimana kantor pemerintah tersebar di berbagai alamat, di Jepang kantor pemerintah hanya di 1 area luas yang terdiri dari gedung-gedung menjulang. Didalamnya terdapat counter-counter yang bertuliskan divisi tertentu yang menjadi pokok urusan masing-masing, misalnya Mother and Kids Divison, Citizen Section, Tax Division, National Health Insurance dan lain sebagainya.
Terkait bersekolah di Jepang, saya sebagai pendatang hanya perlu melaporkan alamat tempat tinggal dan anak-anak yang akan masuk sekolah tertentu. Dimana sekolahnya akan ditunjuk oleh pemerintah, biasanya sekolah negeri anak akan sekolah di Elementary School/Kindergarten/Nursery School negeri (kecuali jika mendaftar swasta seperti yang populer di kota-kota besar Tokyo, Osaka dan sekitarnya). Raisa anak pertama kami ditawarkan bersekolah di Hirai Elementary School, dan adiknya Rumaisha di Hirai Kindergarten. Sementara Rasikh si bungsu masih dalam pengasuhan dirumah karena selama 6 bulan kedepan saya hanya akan mengikuti kelas Bahasa Jepang intensif untuk persiapan pendaftaran studi S2.
 Kebanyakan anak-anak di Miki Town bersekolah di sekolah negeri. Pegawai pemerintah juga yang menawarkan kapan anak-anak mulai bersekolah, biasanya satu bulan kemudian karena dipersilahkan untuk beradaptasi dengan segala hal yang baru di negara Jepang, terkait cuaca, budaya, makanan, bahasa dan sebagainya. Kami sepakat anak-anak mulai bersekolah tanggal 8 Mei (dari tanggal kedatangan 10 April). Setelah itu, kami diberikan satu bundel amplop ukuran A4 berisi formulir pendaftaran beserta informasi yang dibutuhkan. Kami dipersilahkan mengisi formulir tersebut dan mengantarkan kembali ke kantor tersebut setelah selesai mengisinya.
Hampir 2 jam kami disana dari satu counter ke counter lainnya, mendaftar pengurusan asuransi kesehatan, tunjangan anak, sekolah anak-anak dan sebagainya. Cukup memakan waktu karena setengah waktunya adalah proses translating (alih bahasa/menerjemahkan dari Bahasa Jepang ke Bahasa Inggris) oleh Sensei (Profesor pembimbing studi suami) atas informasi yang diberikan pihak pemerintah kepada kami. Setelah selesai urusan di kantor pemerintah, kami diajak Sensei mengunjungi Elementary School yang akan menjadi sekolah Raisa. Kami disambut oleh Kepala Sekolah, yang mengajak seorang guru pendamping wanita yang akan menjadi pendamping Raisa di kelasnya nanti. Ya, setiap siswa internasional akan mendapatkan guru pendamping khusus yang membantunya lebih intensif dalam proses pembelajaran selama di kelas. Pada umumnya guru pendamping mempunyai kemampuan berbahasa Inggris meski tidak terlalu fasih.
Dalam bincang-bincang kami, pihak sekolah menanyakan imunisasi yang pernah didapatkan Raisa, alergi yang dimiliki, jenis makanan yang bisa dikonsumsi (karena mengetahui kami keluarga muslim), apakah akan membawa bekal sendiri atau ikut dengan menu yang disediakan kantin sekolah, karakter anak, dan bertanya apakah bisa berbahasa Jepang. Saat itu kami menjawab bahwa anak kami belum bisa Bahasa Jepang, tapi punya sedikit kemampuan Bahasa Inggris yang akan membantunya berkomunikasi dengan guru pendamping.
Saat itu Raisa juga memperkenalkan diri dalam Bahasa Jepang (自己紹介/ jiko shoukai) sebagaimana saya telah mengajarkannya. Mereka dengan sangat ekspresif memuji “Sugoi/凄い” yang artinya ‘great/amazing’, sambil bertepuk tangan. Kami menekankan kalau Raisa anak yang mandiri dan pembelajar, sehingga guru tidak perlu khawatir. Pun, saat pihak sekolah menawarkan kami datang menemani Raisa di hari pertama, kami mengatakan akan mengantarnya saja, setelah itu kami akan meninggalkannya di sekolah.
Selesai berbincang-bincang, kami diperlihatkan ruang kelas Raisa dan beberapa fasilitas sekolah yang kami lewati saat mengamati. Elementary School ini terdiri dari beberapa gedung, dan setiap gedungnya memiliki 4 lantai. Ada ruang musik, aula luas, dan lapangan olahraga seluas lapangan bola dengan fasilitas gawang dan ring basket. Bahkan mereka memiliki kolam renang 2 ukuran tingkat kedalaman, untuk anak-anak kelas bawah dan atas.
Sebagai seorang yang pernah berkutat di kantor Dinas Pariwisata dan menangani pemeliharaan kolam renang yang dikelola oleh Pemerintah Kota Gorontalo, saya tahu persis biaya pemeliharaan yang dikeluarkan perbulannya tidak sedikit. Padahal, kolam ini hanya berfungsi di musim panas saja untuk mata pelajaran olahraga renang, selebihnya 3 musim lainnya tidak memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan ini karena dinginnya suhu udara.
Saya kemudian berpikir, pantas saja sekolah di Jepang cukup ditunjuk oleh pihak pemerintah setempat, tanpa perlu orangtua melakukan survey terlebih dahulu ke setiap sekolah dan mencari tahu masing-masing kelebihan sekolah sebelum mendaftarkan anak-anak mereka. Semua sekolah negeri pemerintah memiliki standar fasilitas yang sama seperti yang saya sebutkan diatas. Wajar saja jika masyarakat tak perlu berebutan ke sekolah 'favorit' seperti di Indonesia, cukup ke sekolah terdekat dari rumah. Ini kunci pertama mengapa siswa Jepang berangkat sekolah dengan berjalan kaki bersama teman-temannya. Jarak tempuh apaato kami ke sekolah sekitar 30 menit untuk ukuran kecepatan langkah anak-anak, sehingga dalam satu hari Raisa akan berjalan kaki 1 jam pulang pergi.
Setelah itu kami diantar melihat ruang kelas yang akan ditempati Raisa nantinya. Gurunya menjelaskan apa-apa saja yang harus disiapkan dengan menunjukkan barang-barang serupa milik siswa lainnya di kelas. Berikut adalah barang-barang yang wajib dipersiapkan ketika akan masuk sekolah-sekolah berikut:
 Shougakkou / 小学校 (Elementary School)
Shougakkou sama dengan Sekolah Dasar di Indonesia, terdiri dari 6 kelas mulai dari kelas 1 sejak usia 6-7 tahun. Berbeda dengan seragam seperti di tanah air, SD di Jepang hanya ada 1 jenis seragam saja setiap harinya. Warnanya biru donker, sedikit lebih gelap dari seragam SMP di tanah air untuk siswa perempuan, dan warna hitam untuk siswa laki-laki.
Dengan jas warna senada rok/celana yang digunakan, dibagian dalam adalah kaos putih polos. Biasanya lengan pendek untuk musim panas dan berganti lengan panjang ketika musim dingin. Rok selutut dengan tali penyangga yang melingkari bahu dipakai setelahnya. Kaos kaki warna putih atau kadang hitam, pendek dan tipis ketika musim panas dan berganti panjang menutupi betis dan tebal di saat musim dingin.
Untuk sepatu sekolah, warna putih terdiri dari 2 pasang untuk dipakai diluar (sejak berangkat dari rumah sampai ke sekolah, juga digunakan saat olahraga atau kegiatan outdoor) dan sepatu dalam ruangan (indoor). Di beberapa sudut pintu masuk tersedia rak-rak sepatu berjejer tempat siswa mengganti sepatu outdoor dan indoor.
Untuk jas sekolah harganya berkisar diatas \11.000, cukup mahal karena bahannya yang tebal dan kulitas jahitan yang terjamin. Sebuah jas sekolah akan tetap bertahan bertahun-tahun lamanya, hanya saja kadang ukuran tubuh anak berubah seiring pertambahan kelasnya sehingga ukuran jas harus menyesuaikan diwaktu pertengahan masa Elementary School. Rok sekolah berkisar harga \6.500.
Selain itu ada juga seragam olahraga berwarna putih merah, terdiri dari kaos putih lengan pendek dan celana pendek berwarna merah plus topi yang bisa digunakan bolak-balik merah-putih. Tetapi ada juga ukuran baju lengan panjang dan celana panjang (warna merah), biasa digunakan saat musim dingin. Dibagian dada akan ditempeli nama anak dengan huruf hiragana/katakana.
Tapi hal yang paling iconic dari anak sekolah Elementary School Jepang adalah tas sekolahnya. Ya, seperti tas sekolah Nobita dalam serial kartun Doraemon, begitu pun yang digunakan anak-anak sekolah Jepang sampai saat ini. Warna umumnya bagi laki-laki adalah hitam dan donker, dan warna untuk perempuan antara lain merah, pink dan ungu.
Tas sekolah ini adalah hal paling mahal yang harus dibeli oleh orangtua bagi anak yang akan mulai masuk Elementary School. Harganya berkisar dari \30.000 – 150.000 pun tersedia di pasaran. Kualitasnya jangan dipertanyakan, sesuai dengan harganya yang jutaan sampai belasan juta rupiah, tas ini bergaransi 6 tahun hingga anak lulus Elementary School. Anak saya diberi hadiah tas lungsuran dari Sensei yang masih sangat baik kualitasnya, dari anak temannya yang baru lulus. Sementara untuk persiapan anak kedua, saya mencari jauh-jauh hari di toko barang bekas dan menemukan banyak pilihan dengan harga \1.980 dan beberapa diantaranya dibawah harga tersebut.
Hal lainnya yang cukup mahal adalah pianika, yang wajib dimiliki setiap siswa. Biasanya ini adalah barang bawaan dari Kindergarten, tapi karena Raisa siswa baru maka harus membelinya sendiri. Harganya sekitar 5.500, terdiri dari berbagai merk (salah satu yang terkenal adalah Yamaha dan Suzuki). Pianika ini akan ditaruh di sekolah untuk digunakan saat mata pelajaran Ongaku/おんがく/music.
Hal kecil lainnya adalah kotak bento/bekal makan, satu set sendok makan dan sumpit, dimasukkan dalam tas khusus bento. Selain itu ada satu set perlengkapan makan berwarna putih yang terdiri dari baju lengan Panjang, alas makan, penutup kepala, masker kain dan dimasukkan dalam tas kain. Hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah set sikat gigi dan gelas kecil yang dimasukkan dalam tas kain kecil.
Tak lupa topi kuning (juga barang bawaan sejak Kindergarten) dan payung kuning yang seragam digunakan seluruh anak Elementary School. Set baju olahraga, set sikat gigi, set perlengkapan makan dan sepatu (yang masing-masing sudah dimasukkan dalam tas yang berbeda) akan digabung dimasukkan dalam tas perlengkapan khusus dari sekolah. Tas anak kelas 1 berwarna hijau cokelat, dan setiap naik kelas warna tas akan berubah, misalnya warna merah untuk kelas 2, biru untuk kelas 3, hitam untuk kelas 4, hijau muda untuk kelas 5, dan hijau tua untuk kelas 6.
 Youchien / 幼稚園 (Kindergarten)
Saat masuk ke Kindergarten, orangtua harus membayar sekitar \7.500 untuk beberapa perlengkapan dasar yang akan digunakan siswa. Cukup mahal karena terdapat sebuah pianika yang merupakan alat musik dasar, dan akan diberikan kepada siswa saat lulus untuk digunakan di Elementary School. Barang-barang kecil lainnya adalah peralatan menggambar yang terdiri beberapa set cat air, cat minyak, krayon, kuas, lem, gunting, alat permainan kayu, dan kotak perlengkapan. Perlengkapan ini diletakkan di sekolah untuk digunakan dalam pembelajaran sehari-hari.
Benda-benda wajib lainnya adalah baju biru muda untuk seragam sehari-hari, jas donker untuk acara formal dan pelindung musim dingin, tas kecil persegi, kotak bento + peralatan makan dan tasnya, sepatu indoor dan tasnya, sapu tangan dengan gantungan, set perlengkapan sikat gigi dan tasnya, apron makan, seragam olahraga dan tasnya (kesemuanya dimasukkan dalam satu tas besar). Tak lupa botol minum, sepatu outdoor, dan topi kuning (sama seperti yang digunakan anak Elementary School).
Barang-barang ini dibawa setiap hari senin dan akan diletakkan di tempat masing-masing yang telah disediakan di sekolah. Setiap jumat siang sepulang sekolah barang-barang ini akan dibawa kembali kerumah untuk dibersihkan oleh orangtua di akhir pekan.
 Hoikuen / 保育園 (Nursery School)
Sebelum membahas lebih lanjut tentang sekolah yang satu ini, ada satu pertanyaan mendasar yang harus dipahami dengan baik. Apa sih perbedaan antara Youchien (Kindergarten) dan Hoikuen (Nursery School)?
Youchien (Kindergarten) dimulai sekitar pukul 9.00 pagi dan selesai sekitar pukul 14.20 siang. sementara Hoikuen (Nursery School) dimulai lebih awal sejak pukul 07.00 pagi, dan selesai lebih sore yaitu pukul 18.30. para orangtua sepertinya lebih banyak memilih Nursery School ketimbang Kindergarten, terlihat dari jumlah siswa Nursery School yang selalu full (bahkan seringnya berlebih dari kuota) disetiap jenjang kelasnya.
Untuk kelas Kindergarten terbagi 3 kelas yakni usia 3-4 tahun, 4-5 tahun dan 5-6 tahun. Biasa disebut sebagai kelas Momokumi, Kikukumi dan Tsumirekumi, tapi beberapa sekolah mempunyai penyebutan yang berbeda. Sementara untuk Nursery School telah menerima siswa sejak usia 8 minggu pasca lahir (bayi sekitar 2 bulan) yang ditempatkan di kelas 0-1 tahun, lalu 5 kelas lainnya yang mewakili setiap jenjang usia hingga 5-6 tahun.
Di Kindergarten, siswa tidak mengenal tidur siang. Berbeda dengan Nursery School, tidur siang adalah salah satu agenda wajib. Tapi di tahun terakhir saat Tsumirekumi, sejak bulan Oktober sekitar 6 bulan sebelum masuk Elementary School, kegiatan tidur siang ditiadakan sebagai bentuk pembiasaan menjelang masuk Elementary School.
Selain itu, tidak disebut sebagai school time (waktu sekolah) ketika di Nursery School. Orangtua dapat mengantar dan menjemput anak-anaknya dalam batas waktu tersebut, sementara berbeda dengan Kindergarten yang harus bersamaan waktu mengantar (biasa diberi tenggang 30 menit, antara pukul 08.30 - 09.00 pagi) dan menjemput harus tepat pukul 14.20. Dalam masa pembelajaran, bisa dikatakan kalau Kindergarten lebih kepada “belajar sambil bermain”, sementara Nursery School lebih kepada “bermain sambil belajar”.
Untuk biaya sekolah per bulan, tidak terdapat perbedaan mendasar antara Kindergarten dan Nursery School negeri milik pemerintah, akan tetapi akan sangat bervariatif tarifnya untuk sekolah milik private/swasta. Bahkan di Nursery School tertentu, ketika kakak adik berada di satu sekolah yang sama, maka biaya sekolah bulanan hanya dibebankan kepada anak tertua saja, adik-adiknya mendapatkan fasilitas gratis.
Bagaimana dengan persyaratan masuk ke Elementary School? Ternyata tidak ada perbedaan antara siswa kedua jenis sekolah ini, lulusan keduanya dapat diterima di Elementary School manapun setelah mengikuti tes masuk sekitar 6 bulanan menjelang tahun pelajaran baru di bulan April. Tes yang dimaksud bukan tes membaca atau menulis, tapi hanya menunjuk huruf atau gambar tertentu, menggambar atau mewarnai, dan menjawab pertanyaan yang diajukan psikolog untuk mengetahui sejauh mana kesiapan si anak untuk belajar, tingkat konsentrasi dan sejenisnya. Karena inti dari Kindergarten atau Nursery School adalah bermain (sambil belajar), sementara konsep belajar sesungguhnya dimulai sejak Elementary School, dan semua anak Kindergarten/Nursery School pasti diterima di Elementary School.
Begitu pula dengan perlengkapan yang harus dipersiapkan oleh siswa Nursery School, tidak seribet siswa Kindergarten. Hanya mempersiapkan beberapa item saja seperti baju biru muda lengan panjang, topi kuning, baju olahraga dan topinya. Tak heran jika orangtua lebih menggemari Nursery School dibanding Kindergarten, karena beberapa keunggulan yang dimilikinya.
Beberapa informasi lainnya bisa dilihat disini:
http://www.yennimulyati.com/2017/05/pendidikan-gratis-versi-jepang-dan.html

Comments

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Kehamilan Trimester Pertama di Jepang (3)

Study from Home Ala Anak SD Jepang