Kecelakaan Kereta, dan Kisah Hikmah Dibaliknya

Kereta yg sedang saya tumpangi mengalamai kecelakaan pagi ini. Ada mobil sedan putih yang masuk rel dan kereta yang sedang melaju dari stasiun Ikenobe menuju Takata tidak sempat mengerem. Tidak cukup laju sebenarnya, paling hanya 40 km/jam, belum dikondisi kecepatan tertinggi. Tapi namanya kereta itu berat, tetap saja benturan yang terjadi cukup keras dan menghancurkan setengah badan mobil yang masuk ke dalam rel kereta.

Posisi saya sedang berdiri dimuka dekat masinis, jadi dari kejauhan saya sudah bisa melihat mobil yang sudah bisa diperkirakan akan tertabrak itu. Sontak saya menjerit keras,

"Aaa.... aaaa..... "

Orang-orang kaget mendengar saya teriak. Sedetik kemudian,

"Braaak..... ciiiiiiiit"

Para penumpang berteriak kecil. Teriakan mereka kalau digabung sama kerasnya dengan teriakan pertama saya, hehehe...

Masinis mengerem hingga kereta berhenti. Penumpang tampak kaget dan menduga-duga apa yang tengah terjadi. Tapi tak seorangpun maju kearah saya berdiri dan mencari tahu. Semua orang tetap duduk diposisi masing-masing dan berbisik-bisik bercerita dengan orang disebelahnya. Tapi sama sekali tidak riuh, dan tetap tenang dalam posisi masing-masing.

Dan yang mendapat perhatian dari seluruh penumpang adalah.... saya!

Oh, ini orang yang teriak tadi, pasti begitu pikir mereka. Saya jadi salah tingkah jadi pusat perhatian, lalu pura-pura sibuk dengan smartphone menulis cerita ini. Dua orang pemuda yang tengah berdiri bersama sama dimuka sedang sibuk dengan ponsel masing-masing, jadi tidak sempat menyadari akan terjadi tabrakan. Dan sekarang keduanya sedang ikut memperhatikan saya 😁


Pak masinis yang usianya terlihat masih kepala 3 atau 4 tampak pucat dan menenangkan diri, lalu membuka pintu ruang kemudi. Beliau mengumumkan sesuatu lalu membuka jendela-jendela kereta agar penumpang tidak merasa gerah selama menunggu. Kemudian pak masinis keluar dari kereta menuju arah TKP beberapa meter dibelakang kereta. Kondektur pendamping masinis mengumumkan kepada penumpang agar tetap tenang dan mohon menunggu didalam kereta.

Cukup lama waktu berlalu, dan para penumpang mulai menebak bahwa akan cukup lama prosedur yang diperlukan untuk bisa melanjutkan perjalanan. Setiap orang menelfon teman atau atasannya, menjelaskan sekaligus minta izin datang terlambat atas kejadian pagi ini. Karena masih pukul 8.05 pagi saat kereta berangkat, puluhan anak SMA juga tengah dalam perjalanan menuju sekolahnya yang terletak dekat stasiun Takata.

10 sampai 15 menit kemudian, masinis kembali kedalam kereta. Masih dengan wajah pucatnya menanyakan apakah penumpang baik-baik saja, dan meminta kami tetap sabar menunggu karena taksi akan mengantar sampai Stasiun Takata.

Sirine ambulance dan polisi terdengar riuh dan semakin mendekat. Tak lama, petugas kesehatan masuk kereta dan bertanya apakah ada penumpang yang terluka sambil menyisir dua gerbong kereta.

Sejurus kemudian, puluhan petugas sudah mengelilingi kereta kami. Masinis berlari ke gerbong belakang dan membawa sebuah tangga lipat. Petugas kepolisian menghitung jumlah penumpang dan sekali bertanya tentang kondisi para penumpang. Lalu menulis sesuatu dan meminta kami turun melalui tangga yang sudah disediakan dari bagian depan dan belakang gerbong kereta.

Saya pun ikut keluar, itu sekitar 25 menit dari waktu kejadian. Kami turun perlahan-lahan, satu-persatu. Ternyata selain petugas kesehatan dan kepolisian, ada juga petugas teknisi kereta api yang sedang mengecek kondisi kereta setelah kecelakaan. Ada seorang nenek sepuh yang turun tangga dengan sangat hati-hati, dan petugas memperlakukannya lemah lembut, perlahan-lahan menuntunnya ketempat menunggu. Si nenek tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

Sementara saya sibuk sembunyi-sembunyi mencari angle untuk mengambil foto TKP. Apa daya suara "cekrek" kamera yang wajib dipasang "on" terdengar oleh 2 orang anak SMA. Saya malu-malu senyum sambil bilang, "Gomen nasai....". Mereka senyum-senyum saja melihat ke-kepo-an orang asing satu ini.


Duuuh, beneran malu.... karena cuma saya satu-satunya yang sibuk ambil gambar. Yang lain tetap tenang menunggu sambil sesekali ngobrol dengan orang disebelahnya. Kalau sudah budaya memang akan terlihat walau dikondisi apapun, ya...

Setelah seluruh penumpang keluar kami diarahkan ke sebuah jalan. Sekitar 50 meter dari kereta yang terhenti, ada taksi yang berderet siap mengantar kami ke Stasiun Takata. Kami pun masuk, satu taksi diisi oleh 4 penumpang. Saya memperhatikan ponsel, menghitung waktu berangkat hingga tiba ke tujuan.

Hanya 3 menit!!!

3 menit dengan perjalanan sangat lambat itu paling lambat hanya 10 menit jalan kaki. Tapi begitulah, alih-alih menyuruh penumpang jalan kaki, mereka justru mencarikan layanan antar lainnya. Dan itu gratis. Saya perhatikan, tak seorangpun penumpang yang marah-marah atau memilih jalan kaki sendiri. Semua menunggu dengan tenang sesuai arahan. Masyarakat sekitar pun tidak ada yang berkerumun disekitar TKP. Mereka hanya terlihat melongok dari dalam rumah masing-masing. Hanya ada seorang kakek yang mengawasi dari luar palang pintu kereta.

Sampai di stasiun Takata, kami diminta menunggu sampai kereta datang. Seorang kakek bertanya, "kira-kira berapa lama?" Petugas stasiun menjawab, "sekitar 30 menit". Dan kamipun menunggu sampai kereta berikutnya datang, mengantarkan kami ke stasiun tujuan masing-masing.

Begitulah pengalaman pagi ini. Alhamdulillaah tidak cedera sama sekali, hanya sedikit shock saja karena menjadi saksi mata langsung ketika kereta menabrak lalu serpihan putih cat mobil itu bertebaran terlihat dari jendela kereta.

Sepertinya sang supir sedang diburu waktu dan memaksa masuk walau lampu stasiun sudah menyala merah dan peringatan berbunyi. Akhirnya palang pintu menutup dan setengah badan mobil sedan yang sudah masuk rel terjebak. Semoga saja supirnya sudah sempat menyelamatkan diri keluar dari mobil sesaat sebelum mobil tertabrak. Semoga saja.

Dalam 1,5 tahun tinggal di Kagawa, baru kali ini ada kecelakaan kereta Kotoden yang beroperasi di lokal daerah Kagawa. Qadarullah, saya terlibat didalamnya. Alhamdulillah semua baik-baik saja, hanya perjalanan yang sedikit terlambat dan arus kereta yang terhenti sementara. Shock saya pun cepat pulih karena berkaca diri dari penumpang lainnya.

Alhamdulillaah `ala kulli hal...
Hikmah di Jum`at barokah, saya jadi bisa punya cerita yang bisa dibagi.  Semoga bisa jadi teladan bagaimana orang Jepang begitu tenang dan sigap menghadapi kecelakaan. Kecelakaan bisa terjadi kapanpun dan dimanapun, yang terpenting adalah bagaimana memberikan respon terbaik dengan sabar dan tenang. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya.

Aamiin yaa Rabb...

Yenni Mulyati

Comments

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Niat Pulang Kampung - Part 1

Pendidikan Karakter Khas Jepang (Part 2)