Cinta Dunia Karena Ikut PPA
Diberikan oleh sahabat spesial dari Gorontalo, 2 buah buku spesial tentang cinta - bertandatangan khusus penulisnya dan novel based true story istri penulis - ini tiba ditangan saya. Dibawakan oleh seorang sahabat lainnya ke Jepang, lalu dikirim pos lintas pulau Matsuyama – Kagawa oleh seorang sahabat lainnya lagi.
Kalau bukan Allah tanamkan kecintaan itu kedalam hati-hati mereka terhadap saya, sampai saat ini saya belum bisa membaca kedua buku tersebut.
Lalu hari ini, 2 buku itu kembali melakukan perjalanan dari Kagawa ke Matsuyama, untuk dipinjamkan kepada sahabat yang ingin membacanya. Betapa keberkahan dalam perjalanan 2 buah buku ini, sehingga bisa berbagi ilmu kebanyak orang lainnya. Sekaligus, saya menemukan banyak hal baru untuk saya tulis sebagai review buku ini.
-------
PPA adalah skenario Allah membuka pintu hati saya akan hal yang saat ini menjadi prinsip saya dan suami. Bahwa riba itu haram. Sebelumnya, begitu banyak pembenaran untuk tetap berhutang, bahkan ke lembaga yang memberikan bunga. Sampai kami diberikan cobaan kehilangan ratusan juta karena menggadaikan diri dalam belenggu ribawi. Pada akhirnya, ujian itu ternyata nikmat Allah yang luar biasa kami syukuri.
Karena dalam himpitan hutang dan kehilangan itu, membawa kami kepada PPA. Lalu memahamkan kepada kami hakikat tauhid dan total bergantung kepada Allah.
Setelahnya, kami dipertemukan dengan orang-orang yang mempunyai masalah keuangan yang jauh lebih besar dan lebih sulit. Mereka sahabat-sahabat kami alumni PPA, dengan taubat mereka kembali ke titik nol demi meraih kembali cinta Allah. Mereka yang memperbanyak sedekah, infaq, dan amal ibadah tersembunyi lainnya agar Allah ridho memberikan jalan keluar. Beberapa diantaranya sampai saat ini masih terus berjuang dan belum menunjukkan hasil signifikan, tapi keyakinannya tetap teguh akan ikhtiar iman maksimal yang mereka lakukan.
Bagaimana dengan saya sendiri?
Jika banyak orang memberikan testimoni setelah ikut PPA memperoleh "miracle" secara mendadak dan luar biasa, mungkin saya bukan salah satunya. Karena kisah saya tidak bisa dirangkum "Alhamdulillah dalam 3 minggu hutang miliaran lunas" atau "mendapat umroh gratis dan proyek besar" seperti teman-teman lainnya. Tapi hari ini saya sadar satu hal, bahwa miracle yang dirasakan oleh satu orang belum tentu terlihat adalah miracle bagi orang lain. Sama seperti kehidupan, ujian setiap hamba selalu berbeda sesuai kemampuannya mengemban. Dan setiap hamba diuji di titik terlemahnya, yang berbeda pula titik lemah itu satu orang dan lainnya. Kita hanya butuh melihatnya dari sisi yang berbeda saja, lalu menyadari bahwa sekecil apapun takdir yang terjadi adalah rancangan terbaik untuk setiap hamba.
Kenal dengan PPA memberi pemahaman baru buat saya tentang arti hidup dan menjalaninya. Menjalani kehidupan fana ini, saya merasa seperti merendah, sekaligus meninggi. Merendah dalam arti saya buka apa-apa tanpa cinta Allah memberikan saya nyawa dan segala macam kenikmatan; tapi juga meninggi dalam obsesi memiliki dunia untuk sebanyak-banyak kemanfaatan. Sejak kenal PPA, saya ingin punya uang banyak, lebih, dan terus berlipat demikian….
Saya ingin mengejar dunia sekencang-kencangnya.
Menggenggamnya kalau bisa, dengan kelimpahan harta.
Saya ingin punya uang agar bisa mengumrohkan orangtua dan mertua,
Saya ingin bisa berhaji bersama suami tahun depan,
Saya ingin melunasi hutang dan juga membantu orang-orang lainnya melunasi hutang-hutang mereka,
Saya ingin mewakafkan tanah untuk dibangun masjid diatasnya,
Saya ingin punya rumah yang luas yang lantai duanya akan saya jadikan asrama bagi santri tahfidz qur’an dari anak yatim piatu dan dhuafa,
Saya ingin membangun sekolah impian saya yang berdasar kurikulum tauhid kepada-Nya,
Saya ingin ini…itu… banyak lagi…
Astaghfirullahal ‘adziim….
Tahukah kalian apa yang membuat saya punya obsesi demikian?
Karena ikut private class PPA!
Saat itu, saya sedang galau atas mimpi-mimpi saya, yang sebenarnya saya yakin semua orang pasti punya standar mimpi yang sama. Punya rumah luas, kendaraan nyaman, bisa haji dan umroh bersama keluarga…. Begitupun saya.
Tapi saya jadi galau, resah, gelisah. Dihitung-hitung, sekeras apapun saya berusaha tidak bisa tercapai semuanya sekaligus. Dengan logika matematika banting tulang peras keringat seperti apapun, sepertinya saya harus menurunkan standar mimpi saya.
Ya sudahlah, punya rumah seadanya saja. Yang penting cash dan gak riba. Punya kendaraan dan isi rumah secukupnya, yang penting bukan hutang dari bank atau manusia. Saya secara perlahan mendapati diri saya pesimis, merayu diri saya sendiri untuk “gak apa-apa” menghapus sedikit-demi sedikit mimpi-mimpi itu. Membunuhnya kalau bisa.
Sampai saya benar-benar galau, luar biasa. Mengganggu ibadah, kuliah, pekerjaan rumah.
Innalillaahi wainna ilaihi raaji’uun….
Saya seperti orang yang disebut dalan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan….”
Saya ingat Ummi di ma’had dulu mengatakan bahwa ketakutan adalah ujian bagi setiap manusia. Yang kuliah takut kapan lulusnya, setelah lulus takut gimana dapet kerjanya, setelah kerja takut kapan nikahnya, setelah nikah takut kapan punya anaknya, setelah punya anak perempuan takut kapan punya anak laki-lakinya….. daaan seterusnya tak berkesudahan kecuali maut merenggutnya.
Memang sulit membunuh ketakutan-ketakutan itu, kecuali dengan keyakinan. Sampai saya membaca buku Pesan Cintanya di bab “Harusnya Tenang”. Sampai di kalimat yang ditulis penulis berikut:
“Maka, orang yang kenal Allah Maha Kaya dan suka banget memberi APAPUN, seharusnya dia tenang. Sebab, bila menginginkan sesuatu, orang itu nggak lihat kantongnya tapi ingat ‘kantong’ Tuhannya yang Maha Kaya!”
Saya nangis sejadi-jadinya. Saya punya banyak mimpi, tapi merasa resah gelisah hingga menjadi ketakutan. Saya lupa, ada Allah yang Maha Kaya. Kenapa saya harus menghitung kadar rezeki saya sendiri dengan ukuran kantong saya? Bukan dengan dengan keimanan terhadap ‘kantongnya’ Allah yang Maha Menguasai Langit dan Bumi?
Allah, ampuni hamba.
Apalah artinya haji, umroh, hutang lunas, punya sekolah tahfidz, dan impian lainnya dibanding satu kata KUN dari-Mu yang mampu mewujudkan segala?
Cukuplah Engkau ridho, maka mudahlah bagi-Mu memberi kekuasaan bagi orang-orang yang Engkau kehendaki. Tugas hamba hanya menjalan peran sebaik-baiknya, bukan membatasi kadar rezeki dengan gundah gulana. Hamba lupa, HARUSNYA hamba TENANG menjalani hari ini karena rezeki esok hari sudah dijamin. InsyaAllah, ada niat lurus dan luas, ada do’a sebagai senjata, ada ikhtiar iman maksimal, ada tawakkal total bergantung. Semoga hamba termasuk kedalam golongan yang tersebut dalam sambungan ayat diatas,
“…… Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Lalu bercermin bahwa diri ini semakin banyak dosa, harus banyak melakukan amalan akhirat jika ingin dunia menghamba. Bukan malah menjadi hamba dunia sehingga lalai akan akhirat yang belum dijamin surga baginya.
Bismillah, biidznillah….
Jangan risau wahai diri, jika Allah berkenan menjadikan dunia tunduk padamu untuk memberi banyak kemanfaatan bagi sesama, maka itu mudah saja bagi-Nya. Tenanglah!
Kagawa-Matsuyama, Juni 2018
*Mohon maaf foto yang kurang eye-catching karena rempong perjalanan dengan 3 orang anak dan 1 bayi. Lagipula, buka hal lazim foto-foto di Jepang, harus mengambil spot yang tidak ada orang (atau harus minta izin lebih dahulu). Demi request sahabat dan penulisnya, saya bela-belain dilihatin orang-orang di stasiun dan didalam tram 😌
Ohya, kesannya saya menyedihkan sekali ya... Alhamdulillah bisa berada disini bersama suami dan anak-anak dengan beasiswa yang mencukupi, adalah miracle pertama saya. Kami bahkan bisa menabung sedikit untuk melunasi hutang, doakan ya Oktober yang di bank bisa dilunasi. Aamiinn... itu akan jadi miracle kedua saya. Lalu berharap miracle lainnya, yaitu kesempatan naik haji dari Jepang dengan kemudahannya tanpa mengantri. Semoga Allah berkenan mengundang saya dan suami ke Baitullah tahun depan, Aamiin...
Disini saya mendapat banyak miracle. Mendapat buah hati kelahiran Jepang dengan bonus uang 670.000 yen dari pemerintah Jepang (setara 85juta rupiah), Alhamdulillah jika bisa disebut miracle.
Ah, bagi saya setiap hal kecil adalah miracle. Memeluk anak-anak itu miracle, dipeluk suami itu miracle 😍
Ayo ciptakan miraclemu, jangan lupa baca 2 buku yang recommended ini ya.... siap-siap mewek di bab tertentu yang akan menamparmu habis-habisan.
PS.
Bukunya sudah kesini, insyaAllah menyusul penulisnya ya Mbak Nusaibah Az Zahra dan Mas Rendy Rheza.
Aamiin yaa Allah...
#PesanCinta-Nya
#PerjalananPembuktianCinta

Comments
Post a Comment