Cinta, Kemana Ia Bermuara?
8 tahun Cintaku, belumlah waktu yang panjang dalam perjalanan rumah tangga ini. Pun, tidak bisa dibilang sedikit jika diurai dalam hitungan hari. Dan aku ingin mengingat kembali, sebuah hari paling berkesan menjelang pernikahan yang dinanti.
-----
"Apa visi antum menikah?", tanya seorang ustad yang meminta kami berdua datang khusus untuk sesi taujih pra-nikah di Bogor, sepekan menjelang hari-H.
Saya diam, karena yang ditanya beliau bukan saya. Masih menyandang status mahasiswa, calon suami saya menjawab idealis.
"Untuk membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan mendidik anak shalih shalihah menjadi generasi Qur'ani. Begitu, ustad..."
Dalam hati saya memuji jawaban calon qowwam saya .
"Bagaimana kalau Allah memberikan ujian dengan tidak memiliki keturunan dalam pernikahan antum? Berarti antum tidak bisa mencapai visi yang antum sebut tadi. Lalu, apakah akan antum akhiri pernikahan antum?"
Beliau gelagapan tak bisa menjawab, saya bengong. Lalu sang ustad berkisah.
"Ini pengalaman saya sendiri, akhi. 13 tahun menikah, kami tak kunjung dikaruniai momongan. Segala usaha telah saya dan istri coba, tapi Allah memang belum berkenan memberi kami amanah anak. Keluarga saya meminta saya untuk menikah lagi, atau menceraikan istri jika beliau tidak bersedia dimadu. Antum bisa bayangkan, jika permintaan itu datang dari orang terdekat antum sendiri?"
Kami mencoba merasakan, sambil menunggu kelanjutan kisahnya.
"Saya mencintai istri saya. Saya menikahinya dengan visi sama yang antum sebutkan, tapi ternyata Allah memberi kami ujian ini. Apakah saya harus mendengarkan kata hati saya, atau orangtua? Kami terus berdoa dan berikhtiar, Alhamdulillah 13 tahun penantian Allah mengijabah doa kami."
"Alhamdulillaah....", ujar kami lirih mendengar happy ending of the story.
"Setiap rumah tangga pasti akan diuji dengan masalahnya masing-masing. Jika antum berpikir menikah hanya tentang kebahagiaan, antum salah. Menikah adalah perjuangan, menikah adalah ujian. Apapun masalah yang akan antum hadapi nanti, ingatlah kembali visi awal antum menikah......", nasehat beliau dan dilanjutkan dengan taujih panjang lainnya, sunnah-sunnah setelah menikah dan sebagainya. Kami mendengar dengan seksama, sampai pada pertanyaan,
"Antum dan calon sudah hafal doa sebelum berjima'?"
Kami gelagapan. Bukan tak tahu apa maksud pertanyaannya, tapi karena memang belum mempersiapkan. Saya hanya menunduk malu.
"Eh.... Belum, ustad."
"Wah, pekan depan menikah sampai sekarang antum belum hafal? Kalau saya di cancle dulu ini....", ucap beliau bercanda.
"Saya bukan bermaksud tidak sopan, tapi doa ini penting sekali bagi pasangan yang akan menikah, jadi harus dihafal sebelumnya. Antum pikir kalau sudah kebelet, masih sempat buka catatan untuk dibaca? Antum dan calon wajib setor hafalan doa ini H-3 sebelum akad!"
"Baik, ustad", jawab kami dengan malu-malu.
Doa ini, ternyata menjadi penyebab syetan ikut bercampur dalam hubungan suami istri diatas ranjang jika alpa dibaca. Doa ini pula, menjadi penyebab terlindungnya dari syetan sang anak kelak yang akan lahir.
"Jika salah seorang dari kalian (yaitu suami) ingin berhubungan intim dengan istrinya, lalu ia membaca do’a: [Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa], “Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari rezki yang Engkau anugerahkan kepada kami”, kemudian jika Allah menakdirkan (lahirnya) anak dari hubungan intim tersebut, maka setan tidak akan bisa mencelakakan anak tersebut selamanya” (HR. Bukhari no. 6388 dan Muslim no. 1434).
Sumber : https://rumaysho.com/2333-berkah-di-balik-doa-sebelum-hubungan-intim.html
Sumber : https://rumaysho.com/2333-berkah-di-balik-doa-sebelum-hubungan-intim.html
------
Benar saja, menjalani kehidupan rumah tangga bukan semata manisnya saja. Tapi lebih pada kesiapan menghadapi gelombang ujian yang silih berganti di tiap masa.
Alhamdulillah 'ala kulli hal....
Alhamdulillah atas nikmat sebulan pasca pernikahan, Allah mengamanahkan seorang putri di rahim ini. Pun hingga delapan kali Ramadhan berturut-turut membayar fidyah karena hamil dan menyusui. Alhamdulillah, meski ada yang mengatakan, "Kalian banyak anaknya doang", karena inventaris harta dunia belum berbilang. Alhamdulillah, meski ujaran itu datang dari keluarga dekat tersayang. Alhamdulillah, bisa melalui semua prasangka sejauh perjalanan ini dengan senyuman. Alhamdulillah, karena Allah telah memberi kefahaman sejak awal akan hakikat kebahagiaan dalam membangun visi sebuah pernikahan...
Karena perjalanan kita masih panjang, Cintaku...
Terimakasih atas selaksa cinta, sabar, syukur, bahagia, dan doa yang telah engkau beri, sejauh ini adalah prestasi yang terus akan kita bina bersama.
Karena sejatinya cinta, ke surga ia bermuara.
Karena sejatinya cinta, ke surga ia bermuara.
Aku mencintaimu karena Allah...
Comments
Post a Comment