We're in June's School Bulletin!


Saat ayah Agus Bahar Rachman ditelpon oleh guru kelas Raisa Rayyana Rachman, beliau meminta izin akan memasukkan foto kami di buletin sekolah. Dan inilah kami, dicetak untuk 600 orang lebih total anak Hirai Elementary School yang membawa buletin bulan Juni ini kerumah masing-masing.

Bagi saya, ini adalah penghargaan yang luar biasa dari pihak sekolah. Selain adab mereka meminta izin terlebih dahulu sebelum menerbitkan, memilih foto kami dari ratusan foto lainnya saat kunjungan orangtua ke sekolah adalah bentuk lain dari toleransi dan dukungan kepada kami. Ya, Raisa mendapat nilai paling rendah di tes sekolah bulan lalu. Bukan karena ia tak tau jawabannya, tapi masih bingung dengan instruksi soalnya yang sebagian besar dengan bahasa jepang. Misal 3+7=... maka Raisa bisa menjawab. Tapi soal lain sebagian besar adalah 7 to 3 wa ... (7 dan 3 menjadi....). Dan salah saya juga tidak menjelaskan instruksi soal kepada Raisa, tapi Alhamdulillah sekarang sudah mengerti dengan konsep belajar yang harus saya sampaikan dirumah.

Oya, meski nilainya rendah, tapi tetap tertulis nilainya 100. Dengan tinta biru, dengan beberapa bulatan biru yang artinya jawaban itu salah dan diperbaiki kembali ke jawaban yang benar dengan bantuan gurunya. Jika jawaban benar, maka menggunakan tinta merah. Jadi yang mendapat nilai 100 dengan tinta merah berarti anak benar-benar mendapat nilai 100. Yang dengan tinta biru berarti ada jawaban yang diperbaiki. Saya sertakan contoh gambar kertas PR Raisa yang mendapat nilai 100 dengan tinta biru dan merah. So... semua nilai anak-anak sama, 100. Tapi beda warna. Yang mengetahui hanya guru dan orangtua. Tapi saya yakin anak juga akhirnya paham konsep nilai berwarna ini, tapi tetap saja, tidak akan mempengaruhi psikologi mereka. 

Pertama, yang dinilai bukan hasil tapi prosesnya. Ketika sudah diperbaiki, anak berhak mendapat nilai yang sama. Bagian biru menandakan letak kesalahan yang harus diperhatikan.
Kedua, pintar bukan semata tujuan, tapi mengajarkan kerja keras dan memperbaiki kesalahan adalah lebih penting dari segalanya. Sama seperti ingin membeli tiket, bukan semata mendapat tiket yang diinginkan tapi bersabar mengantri untuk mendapatkannya jauh lebih penting.

Tapi untuk menerapkan ini, butuh kesabaran lebih dari guru kelas. Selain hanya 1 orang menangani 31 orang siswa, memeriksa jawaban dan membulati satu persatu jawaban benar dan salah dengan warna berbeda kemudian membimbing setiap anak memperbaikinya, bukan perkara mudah. Saya yakin semua guru setuju akan hal ini, apalagi berhadapan dengan anak kelas 1 SD. Khusus di kelas Raisa, ada seorang guru pendamping lainnya karena ada 2 orang siswa international dari Indonesia. Ya, guru ini yang bertanggungjawab terhadap perkembangan Raisa dan temannya, di gaji langsung oleh sekolah. Teman saya yang anaknya SMP, justru didatangkan khusus native speaker bahasa Inggris karena memdampingi anaknya. Ya, guru baru yg direkrut sekolah karena khusus ada siswa baru yang membutuhkan. Dan tugas guru itu hanya 1, seorang murid tadi. Amazing....

Ohya, 2 bulan bersekolah...kertas PR Raisa sudah hampir mencapai 90 lembar dengan soal bolak-balik yang diabadikan di portfolio khusus. Jadi kalau nonton film Doraemon dan melihat Nobita malas-malasan dengan PRnya, sekarang saya merasa wajar karena memang harus luarbiasa kerjakerasnya untuk bersabar mengerjakan. Dan bukan itu saja, ada kartu membaca nyaring untuk diulang sebanyak 3kali di buku bahasa nasional Kokugo, dan kartu berhitung Sansuu yang dilafalkan keras dan diulang 3 kali juga, ditandatangani oleh orangtua dirumah. 

Meski demikian, Raisa selalu semangat berangkat ke sekolah. Baginya, school is fun. Meski jam 7 pagi harus berjalan kaki, setiap hari pelajaran olahraga (musim panas ini diselingi Renang), jam 4 sore baru tiba dirumah dengan peluh sekujur tubuh karena berjalan kaki dengan beban berat di pundak dan tentengan, tetap saja baginya sekolah menyenangkan. Alhamdulillaah sekarang semua tulisan hiragana sudah dikuasai, dan membaca juga sudah lancar sehingga mempermudah pembelajaran karena bisa membaca instruksi dan soal sendiri. 

Satu hal lagi yang perlu saya sampaikan, anak-anak SD di Indonesia jauh lebih pintar dari anak-anak Jepang. Kenapa? Karena semua tidak ada yang bisa membaca. Sama sekali, meski pengenalan hiragana sudah sejak TK. Membaca benar-benar dimulai dari nol di kelas 1 SD. Jadi kalau Raisa mewakili anak Indonesia, dia lebih pintar karena sudah lancar Hiragana, Romaji plus Hijaiyah AlQur'an. Selain itu, April sampai Oktober nanti, pelajaran Matematika di SD hanya seputaran 1 sampai 10 saja. Seriously, hanya seputar 10 angka itu. Angka 10 keatas baru di semester 2. Jadi 6 bulan ini mereka hanya akan berkutat dengan aneka soal seputar 1+9 dan 8+2, full gambar dan cerita yang berbeda...intinya soalnya tetap sama. Dengan gabungan bahasa Jepang di soal Matematika, thats it. Selain itu, ada Seikatsu (IPA) yang isinya menanam pohon dan memperhatikan pertumbuhannya. Kadang menangkap serangga dan mengklasifikasi perbedaannya. Selain itu, seni membuat karya dari tanah liat/barang bekas, juga Ongaku (musik) dengan pianika. So simple.

That's why, teman saya yang akan kembali ke Indonesia merasa khawatir dengan anaknya, yang belum bisa membaca Romaji ABC karena belum diajarkan disini. Sementara di Indonesia, pelajaran tak sesimpel yang saya gambarkan. Apalagi jika di SDIT dan semacamnya, dengan pelajaran agama dll yang sama sekali tidak didapatkan disini. 

Jadi, yang pernah tanya bagaimana Raisa dan Rum disana sekolahnya, bisa menyesuaikan? We're just fine. Hanya kendala bahasa, yang semakin hari mereka semakin bisa beradaptasi dengan sendirinya. Alami. Justru saat kembali ke Indonesia nanti, mereka harus digenjot kembali. 

Finally, saya mau mengucapkan Arigatou gozaimashita sensei....atas buletin bulan ini. We appreciate it 😍

Comments

  1. Raisa Kereeen! Barakallah Kakak...

    MasyaAllah ya Uy, konsep pendidikan disana. Jadi makin kangen Jepang nih *eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih udah mampir say... ayo, ayo kesini. Semua juga berawal dari mimpi dulu, semoga Hasna atau adiknya bisa ngajak uminya kesini, insyaAllah...

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Niat Pulang Kampung - Part 1

Pendidikan Karakter Khas Jepang (Part 2)