Undokai, Festival Olahraga Siswa Jepang yang Menyenangkan



Undokai adalah Sport Day, program yang dilaksanakan satu tahun sekali di seluruh sekolah di Jepang. Undokai menampilkan lomba lari, tarian, Big Ball game, hingga permainan untuk para orangtua. Setiap kelas akan menampilkan atraksi olahraga, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 SD. Kali ini Hirai Elementary School (sekolahnya Raisa) bergabung dengan Hirai Youchien (TK Rumaisha). Kegiatan ini dilaksanakan di Bulan Mei setiap tahun, berbeda pekannya di beberapa wilayah.



Kegiatan ini telah diinfokan beberapa pekan sebelumnya, termasuk formulir pendaftaran bagi orangtua yang ingin turut berperan serta berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan ini. Seluruh rangkaian kegiatan disiapkan oleh guru, orangtua dan anak-anak murid sekolah. Baik pemasangan tenda, mengangkat kursi, peralatan yang dibutuhkan, termasuk selesai kegiatan membersihkan dan merapikan peralatan kembali seperti semula dilakukan secara bersama-sama. Jadi, dalam beberapa waktu kegiatan selesai dilaksanakan, maka kondisi lapangan olahraga akan kembali dapat digunakan seperti biasa.





Undokai berlangsung hari Sabtu, pukul 08.30 hingga 15.00 waktu setempat. Hari Sabtu yang biasanya libur ini akan digantikan dengan hari senin, sehingga sekolah masuk pada hari Selasa. Shukudai (pekerjaan rumah) juga ditambahkan dengan menceritakan kegiatan Undokai yang telah berlangsung, dengan gambar dan kesan anak (versi kelas 1).  Kegiatan dimulai tepat waktu, dan berakhir tepat pada waktu yang dijadwalkan pula.


Meskipun hari tersebut judulnya Hari Olahraga, tetap saja Raisa harus berangkat ke sekolah pukul 7 pagi berjalan kaki dengan teman-temannya. Bedanya dengan hari-hari biasanya, yang digunakan adalah seragam olahraga (anak TK dan SD sama) lengkap dengan topi dan kaus kaki putih, membawa botol air minum, handuk kecil dan tissue, sementara bento (bekal makanan) dibawakan oleh orangtua. Dan di hari cerah yang cenderung menyengat (suhu 30 °C), tapi semua orangtua datang dengan antusias dengan bawaan tas piknik besar persegi (persis seri Tupperware Family Holiday) dan kebanyakan membawa karpet atau kursi lipat. Yang memiliki anak kecil lengkap dengan sepeda anak atau kereta dorong. Antusias sekali. Anak-anak jangan ditanya, mereka  tampak bersemangat sekali.




Kegiatan diawali dengan kumpul barisan seluruh siswa, sedikit sambutan, dan peregangan bersama selama 10 menit. Setiap kelas menampilkan atraksi olahraga masing-masing. Khusus untuk kelas 1 dan kelas 6 SD, ada kegiatan yang dilakukan bersama orangtua. Untuk kelas 1, saya mendampingi Raisa mengikuti permainan memasukkan bola kedalam keranjang yang diletakkan diatas. Awalnya, kelas Raisa (kelas 1 terdiri dari 3 kelas) yang berhasil memasukkan bola terbanyak. Itu adalah hasil kerja keras Raisa dan teman-temannya. Bansai...!!! Setelah itu ronde kedua berlangsung, kali ini orangtua membantu anak-anak memasukkan bola. Hmm, tak satu bolapun saya menyumbang masuk di keranjang. Kali ini kelas yang lain yng memenangkannya. Seru juga tertawa dengan orangtua-orangtua lainnya memungut bola dan melempar-lempar sambil menyemangati, “Ganbaru!”


Untuk kelas 6 SD, permainan yang dilakukan adalah berjalan bersama dengan satu kaki diikat. Tampaknya seperti lomba, tapi semua orangtua dan anak menikmati dengan penuh minat. Pasangan orangtua dan anak akan berbaris kebelakang, dan pasangan paling depan akan mulai berjalan sampai batas tertentu dan kembali lagi ke barisan, baru pasangan anak dan orangtua lainnya bisa mulai berjalan. Jadi konsepnya adalah sprint. Yang sudah selesai akan melanjutkan berbaris dibelakang sampai semua pasangan selesai. Rapi sekali. Dan tidak ada teriakan pengarahan kecuali untuk menyemangati. Dan meskipun ada yang terhenti lama karena ikatannya putus ditengah jalan dan harus mengikat kembali, tapi pasangan lain menunggu dibelakang dengan santai.



Ohya, lomba lari sprint adalah wajib bagi setiap kelas. Saya pikir anak kelas 1 SD tidak akan ada lomba lari, ternyata ada juga. Penampilan dari TK juga ada lomba lari loh... saya terkekeh-kekeh melihat anak-anak saya lari di bagian paling belakang. Selain karena postur tubuh yang kecil, kecepatan larinya juga kalah cepat dengan anak-anak Jepang. Raisa lari jam 11 siang, dan semua anak mengikuti dengan gembira. Setelah itu 11.45 istirahat makan siang bersama keluarga. Pukul 13.00 semua siswa kumpul kembali untuk permainan Big Ball yang merupakan pertandingan antara shirogumi (topi putih) dan akagumi (topi merah). Diawali dengan yel-yel dari masing-masing kubu, pertandingan 2 ronde ini dimenangkan seri.

Untuk penampilan kelas Raisa adalah tarian, beberapa ada yang permainan olahraga (kelas atas). Parade tim olahraga seperti karate, sepakbola, balet dan lain-lain juga ada. Untuk urusan tari-menari ini, Raisa paling semangat. Bahkan guru kelasnya yang bertandang ke apato untuk memberikan perlengkapan Matematika juga mengakui kalau Raisa senang sekali menari dengan penuh ekspresif. Benar saja, ketika tampil Raisa adalah yang paling riang dan semangat meski di barisan paling belakang. Bahkan seluruh rangkaian kegiatan diikuti dengan semngat, meski hari sedang panas-panasnya. Sayangnya, saya harus segera pulang untuk mengikuti kelas bahasa Jepang di Takamatsu City dengan perjalanan kereta 20 menit. Jadi pukul 13.40 saya harus pulang dan ayah Raisa juga membopong Rum yang ketiduran. Sayang sekali tidak bisa menyaksikan kegiatan Undokai hingga selesai, padahal para orangtua telah bersiap tampil untuk permainan balon.

Untuk penampilan Rumaisha dan teman-teman hanya di awal saja, jadi kebanyakan anak TK sudah bisa pulang pukul 10.30. Ohya, Rum menangis karena harus melepaskan jilbabnya untuk penampilan tarian bersama dengan teman-temannya. Untung saja gurunya cukup sabar untuk membujuknya, dan saat musik dimulai suasana hatinya berubah mau mengikuti gerakan tarian bersama teman-teman. Yokatta.

Akhirnya Raisa pulang bersama dengan teman kelasnya. Tetap saja, meski pergi jalan kaki, kegiatan olahraga lomba lari, menari, berbaris dan sebagainya, pulang anak-anak tetap jalan kaki lagi. Dalam hati saya membatin, bagaimana anak-anak disini tidak sehat dan bugar, pulang pergi jalan kaki ke sekolah, pelajaran olahraga setiap hari (meski hanya latihan menari untuk persiapan Undokai), dan minum susu segar setiap makan siang. Untuk anak SD 500 ml, dan anak TK 300 ml. Saya menyaksikan sendiri saat kunjungan lunch time di sekolah Rum, susu segar dalam botol kaca harus dihabiskan. Pantas saja masyarakat Jepang tetap kuat sampai tua, budaya olahraga, makan sayur dan buah serta minum susu segar telah terbiasa sejak kecil. Ah, jadi ingat kangkung dan susu kental manis yang masih banyak jadi andalan konsumsi di desa-desa tanah air....

Semoga pendidikan di Indonesia juga memperhatikan aspek kebugaran mengingat dalam sepekan hanya sesekali pelajaran olahraga dilaksanakan. Selain itu, biasanya siswa di Indonesia diantar berangkat sekolah, atau dengan kendaraan umum. Hanya siswa di pedesaan dengan transportasi kurang memadai yang menggunakan sepeda atau berjalan kaki. Memang benar olahraga bukan pendidikan terpenting, tapi ternyata selain mengajarkan kebugaran dan ketangkasan, olahraga juga memberikan kegembiraan, kebersamaan, kekompakan dalam bekerja sama. Men sana in corpore sano, didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Undokai siswa TK dan SD ini mengingatkan diri saya pribadi, untuk lebih memperhatikan kesehatan dengan rutin berolahraga. Muslim yang kuat lebih dicintai daripada muslim yang lemah, bukan?

Ayo giatkan olahraga!!!



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Niat Pulang Kampung - Part 1

Pendidikan Karakter Khas Jepang (Part 2)