Rumaisha Rizquna Rachman, Putri Cantik dan Pelajaran Rezeki




Membicarakan seorang anak yang bernama Rumaisha Rizquna Rachman, berarti sedang berurusan dengan segala hal yang tak terduga diluar batas pemikiran. Sering disapa Rumana- karena memang singkatan dari dua kosakata pertama namanya, dan kebetulan penggemar sinetron Tukang Bubur Naik Haji ketika bulan awal kehamilannya dan suka sekali dengan aktris paling cantik Citra Kirana yang memerankan Rumana- memang anak satu ini terlahir cantik sesuai arti sapaannya. At least, dia lebih cantik dari kakaknya (maaf ya Raisa...kamu persis ayah sih). Dan Rum adalah sapaan terpendek, yang paling sering digunakan apalagi untuk menegurnya atas sikap yang sering diluar batas kesabaran (versi orangtuanya).

Rumaisha adalah nama seorang salah seorang shahabiyah di zaman Rasulullaah SAW. Makanya ketika ada orang bertanya apa arti Rumaisha, ya kami jawab dengan penjelasan diatas. Beliau adalah istri sahabat terkenal, Abu Thalhah ra. yang beliau menikahinya dengan mahar Islam. Beliau juga yang memberikan pelayanan terbaik sebagai seorang istri kepada suaminya, alih-alih mengabarkan langsung kematian anaknya ketika suaminya tiba dari perjalanan. Dari rahimnya pula setelah hubungan suami istri yang didoakan keberkahannya oleh Rasulullaah SAW, lahir seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah dan memiliki 9 orang anak yang semuanya hafidz AlQur’an. Beliau dan suaminya pula yang disebut Allah dalam QS. Al-Hasyr: 9 karena kedermawanannya menjamu tamu dan mengutamakan tamunya diatas kebutuhan pribadinya sendiri.


Memiliki Rum dalam kehidupan kami adalah anugerah yang luar biasa. Ya, Rum lahir mengajarkan kepada kami orangtuanya tentang hakikat rezeki yang sesungguhnya. Sebab itulah kami menamainya Rizquna, karena rizki Allah yang tak terduga banyak diberikan kepada kami sejak Rum didalam kandungan. Lebih tepatnya, kami benar-benar memulai dari nol kehidupan kami hingga rezeki datang satu persatu dari arah yang tak disangka-sangka.

Ketika kami hijrah ke Gorontalo, suami menjadi dosen luarbiasa di salah satu Universitas negeri. Saya ingat sekitar tanggal belasan Maret 2010 saya datang dari Bogor dalam kondisi hamil anak pertama. Saya kemudian mengajar di MTs yang akan dibuka tahun itu, mengampu mata pelajaran bahasa inggris dan Tahsin Tahfidz Qur’an. Alhamdulillaah kehidupan kami tetap berlangsung dengan baik, meskipun gaji suami dibayarkan per 6 bulan sekali (dengan waktu pencairan satu dua bulan terlambat) dan jauh dibawah UMR. Bantuan datang dari saudara-saudara di Gorontalo yang begitu baik seperti keluarga, bahkan keluarga kami yang terpisah di Cilacap dan Kepulauan Riau. Tapi mengetahui kondisi kami yang tak kunjung membaik, orangtua meminta kami hijrah lagi ke Pulau  Bintan agar lebih dekat dan mencoba peruntungan rizki yang lebih baik sebagai dosen di salah satu universitas yang baru diresmikan menjadi negeri baru-baru ini. Mungkin karena baru, kebutuhan akan dosen jauh lebih banyak...begitu pikir mereka. Kamipun setuju dan hijrah total membawa semua barang dan menjual semua yang tidak bisa dibawa. Akhir Desember 2011 kami meninggalkan Gorontalo.

Qadarullah, Rum ‘ada’ di usia kakaknya 18bulan. Terpaksa kakak Raisa disapih ASI dibulan ke 21, karena kondisi saya yang kurang fit untuk hamil sekaligus menyusui. Saat itu, suami tak kunjung mendapat panggilan kerja. 3 bulan berada di pondok mertua indah, suami menyambi sebagai guru salah satu bimbingan belajar. Tapi orangtua dari suami menyatakan tidak setuju jika ia terus menerus di Bintan, dalam keadaan tidak ada pekerjaan. Ketika ada informasi ada lowogan dosen di Banyuwangi, terbanglah suami kesana untuk mencari peluang kerja, meninggalkan saya dan Raisa sementara, entah sampai kapan saat itu kami tak tahu. Saya yang hanya berdiam dirumah, dalam kodisi hamil dengan satu anak yang menumpang dirumah orangtuanya.

Satu bulan suamu hidup menumpang di Banyuwangi, kembali qadarullah tidak ada jawaban atas lamaran pekerjaan yang diajukan. Tiba-tiba terdengar berita bahwa Politeknik Gorontalo saat itu membutuhkan dosen dengan kualifikasi yang dimiliki oleh suami. Saat menelfon kami sempat berdebat karena apakah mungkin kembali lagi kesana setelah semua ditinggalkan? Ternyata tiket keberangkatan esok hari sudah dipesan. Bismillah, dengan berat hati saya pun mengizinkan.

Berada sekitar 3 bulan berjauhan dari suami, beliau mendapatkan kabar bahwa dibutuhkan seorang guru asrama di MAN Insan Cendekia Gorontalo. Latar belakang pendidikan saya mungkin tidak memenuhi syarat, namun pengalaman mondok di ma’had tahfidz saat kuliah dulu memenuhi kualifikasi seorang guru asrama yang mengampu mata pelajaran tahfidz Qur’an. Bulan Juli saya berangkat kembali ke Gorontalo menyusul suami dengan penuh harapan.

Sesampainya di Gorontalo, kami tinggal di Botupingge- sebuah daerah yang jauh dari kota- disebuah kamar asrama mahasiswa. Dengan posisi kamar mandi yang berada diluar, kondisi saat itu memang butuh banyak kesabaran. Belum lagi tidak diizinkan memasak di asrama, membuat kami harus membeli lauk diluar. Alhamdulillah keadaan ini hanya berlangsung 2,5 bulan, karena suami diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Universitas Negeri. Saya sangat berayukur sekali, dalam kondisi hamil besar kami pindah ke sebuah kantor yayasan yang terdapat sebuah kamar dibelakangnya untuk digunakan. Meski kecil, itu jauh lebih nyaman dari tempat tinggal sebelumnya. Kemudian Rum lahir di sebuah puskesmas, gratis dengan fasilitas Jampersal saat itu. Disana hampir 1 bulan kami masih bertahan, sampai seorang teman menawarkan sebuah rumah kontrakan yang boleh ditinggali karena beliau disediakan rumah dinas.

Saya ingat sekitar awal Desember 2012 kami pindah ke rumah itu, 26 hari kemudian saya mendapatkan panggilan untuk menjadi guru asrama dari hasil tes beberapa bulan sebelumnya. Alhamdulillah, akhir Desember kami pindah ke rumah dinas Guru MAN Insan Cendekia Gorontalo dan bertahan sampai 2 tahun lebih kemudian. Saya harus pindah kerumah kontrakan karena lolos tes Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Gorontalo di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Gorontalo.

Kontrak rumah 1 tahun, baru 8 bulan kami tinggali kemudian kami pindah ke Perumahan dosen di dekat kampus dan kantor saya. Saat masuk perum dosen menjelang kelahiran anak ketiga (adiknya Rum) yakni November 2015. Sampai saat ini saya mencatat, dengan kepindahan terakhir kalinya ke Kagawa Jepang ini, sudah 12 kali rumah pindahan kami tempati sejak awal menikah hingga kini. Semboja Bogor- Gorontalo Liluwo– Bintan Rumah Mertua – Pindah Kontrakan– Gorontalo Poligon – Kantor yayasan – Kontrakan teman – Perum Guru MANICG – Rumah Guru Asrama – Kontrakan Buladu – Perum dosen – Apato Kopo Aian 102 Jepang. Haha, jadi keribetan pindah rumah adalah hal biasa bagi kami, baik antar daerah, antar pulau atau antar negara. InsyaAllah yang selanjutnya kami akan pindah kerumah milik kami sendiri, aamiin...

Kembali ke topik Rumaisha, dia adalah anak yang membawa banyak rezeki bagi kami. Sejak dalam kandungan banyak yang berkomentar bahwa ibunya cantik begini pasti anaknya cewek. Begitu juga saat USG dokter mengatakan “wah, ini bakalan cantik seperti kakaknya (anak perempuan)”...saya tetap saja berkeyakinan insyaAllah anak laki-laki. Akhirnya terbukti, benar-benar perempuan (hahaha). Tapi karena ibunya ngebet yakin anaknya laki-laki, kurang lebih demikian sifatnya. Ini menjadi pelajaran untuk ibu-ibu lainnya, agar saat hamil pasrah saja dengan jenis kelamin apapun anak yang dikandungnya. Keinginan untuk memiliki anak yang berbeda jenis kelamin dengan yang sebelumnya boleh-boleh saja. Apalagi jika sudah kehamilan ketiga keempat dan seterusnya, hamil untuk mendapat anak jenis kelamin tertentu laki-laki/perempuan. Akan tetapi kalau sudah berlebihan, ternyata ada efek juga ke psikologi bayi yang dikandung. Dari pengalaman mempunyai anak Rum, saya belajar tentang menerima takdir terbaiknya. Karena dibaliknya terdapat hikmah yang luarbiasa. Termasuk anak perempuan, ia pun memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kami dengan keunikannya. Melalui Rum pula kami mencoba menghayati makna hadist Rasulullah Saw,

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata  bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku” (Anas bin Malik berkata : Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau). (HR Muslim 2631)

Rum juga yang membuat kami belajar bagaimana menangani anak laki-laki, karena tingkah lakunya yang serupa. Sehingga ketika adiknya benar-benar lahir laki-laki, kesyukuran kami tak terhingga untuk diluapkan dengan kata-kata...
Terimakasih yaa Allah atas rizki Rumaisha untuk kami... Puteri cantik shalihah yang membuka kesadaran baru akan hakikat sesungguhnya tentang rezeki..

Kagawa, 17 Mei 2017

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Kehamilan Trimester Pertama di Jepang (3)

Study from Home Ala Anak SD Jepang