Pendeknya Malam Ramadhan di Jepang



Seorang sahabat saya menanyakan mengenai berapa jam puasa di Jepang. Hal ini mungkin menjadi pertanyaan yang sama bagi yang penasaran bagaimana muslim yang tinggal di Jepang menjalani ibadah suci Ramadhan. Saya akan mencoba menganalisis berdasarkan data yang ada dan cerita beberapa orang teman yang telah menjalani Ramadhan sebelumnya di negara ini.

Saya tinggal di Kagawa Prefecture, tepatnya di Miki Town, Ikenobe, Kita-gun. Stasiun terdekat adalah Nogakubumae, disebut demikian karena letaknya dekat dengan Fakultas Pertanian (nogakubumae dalam bahasa Jepang) Universitas Kagawa. Untuk mencapai pusat kota, dibutuhkan waktu 20 menit menggunakan kereta ke Takamatsu City. Sampai saat ini di Kagawa Prefecture belum ada masjid, jadi adzan tidak pernah dikumandangkan di prefecture ini. Masjid terdekat adalah prefecture terdekat yakni Tokushima, Osaka atau Okayama. Sampai saat ini PPI Kagawa sedang mengumpulkan donasi untuk terbangunnya masjid di sekitaran kampus. Sementara itu, kegiatan shalat berjama'ah dan pengajian dilaksanakan di International Room Kampus Fakultas Pertanian. Ruangan ini bukan khusus sebagai musholla, tapi dapat digunakan siapa saja mahasiswa internasional yang ingin menggunakannya. Tepat disebelahnya, terdapat ruang musik yang dapat digunakan mahasiswa lainnya kapan saja. Jadi saat dilaksanakannya shalat jumat atau pengajian, menjadi hal biasa terdengar "nasyid" dari ruang sebelah. Di International Room ini, berkumpul mahasiswa muslim tak hanya dari Indonesia, tapi juga dari Bangladesh, Sudan, dan Malaysia.

Jika di Indonesia adzan yang berkumandang di masjid-masjid menjadi penanda tibanya waktu shalat, maka muslim yang khususnya berdomisili di Kagawa menggunakan aplikasi islami yang dapat diunduh di playstore smartphone masing-masing. Aplikasi  semacam ini sangat membantu kami terutama menunjukkan arah kiblat saat bepergian. Berikut adalah waktu shalat untuk Miki Town dan sekitarnya.


Berdasarkan waktu yang ditunjukkan, untuk sementara ini Ramadhan 1438 Hijriah akan jatuh pada hari Sabtu, 27 Mei 2017. Sejauh ini, berita yang disampaikan oleh teman-teman muslim lainnya dari Bangladesh juga demikian. Pengumuman dari Pak Imam (Muslim Bangladesh yang sering menjadi imam shalat di musholla kampus, kami menyebutnya demikian) kepada ketua PPI Kagawa juga telah mengagendakan kegiatan shalat tarawih berjamaah dan ifthor bersama.


Saya akan mencoba menyampaikan analisis dari tiga waktu shalat terpenting yang tercantum di jadwal waktu shalat, yakni Subuh pada hari Jum'at, 29 Sya'ban 1438 H adalah 03.14, Maghrib 19.06 dan Isya 20.40. Jika melihat pola waktu sebelumnya, kemungkinan Subuh akan semakin mundur, tetapi waktu Shalat Maghrib dan Isya akan semakin maju. Saya ambil contoh pada 1 April 2017 waktu Subuh adalah 03.46 dan Maghrib pada pukul 18.45. Hari ini 24 Mei 2017, waktu Subuh telah mundur menjadi pukul 03.16 dan Maghrib maju pada pukul 19.05. Hal ini menandakan semakin kedepannya, waktu siang akan menjadi lebih panjang berdasarkan perhitungan pergerakan matahari di aplikasi ini. Pada kenyataannya, memang demikian adanya kondisi waktu sholat dilihat dari posisi matahari yang sebenarnya, sesuai dengan jadwal yang ditunjukkan oleh aplikasi waktu shalat di smartphone.


Kesimpulannya, waktu berpuasa sejak terbitnya matahari dan berbuka saat tenggelamnya matahari, menjadi lebih panjang di Jepang dibandingkan waktu di Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan semangat beribadah yang lebih kuat, apalagi bagi yang baru pertama kali menjalaninya disini. Disisi lain, hal yang patut disyukuri adalah bulan Ramadhan tahun ini jatuh pada akhir musim semi. Tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan jatuh di puncak musim panas yang sedang panas-panasnya. Jadi tahun lalu ujian panjangnya waktu berpuasa ditambah lagi dengan ujian puncak panasnya udara musim panas sangat menguji kuatnya iman muslim yang menjalankan ibadah suci Ramadhan di Jepang. Alhamdulillah 'ala kulli hal.

Yang menjadi perhatian justru di bagian waktu yang lain, yakni malam hari yang lebih pendek. Jika di Indonesia shalat tarawih biasa dimulai pukul 19.30 dan berakhir maksimal 20.30, disini undangan shalat tarawih berjama'ah adalah pukul 21.00 karena akan diadakan tahsin qur'an sebelumnya. Meski hanya 10 rakaat shalat tarawih yang disepakati, dengan sedikit taujih Ramadhan, ngobrol dan perjalanan kaki pulang ke apato, minimal pukul 21.45 jama'ah shalat baru tiba dirumah. Jika langsung melanjutkan istirahat untuk bangun Qiyammullail, hanya tersedia beberapa jam saja karena maksimal pukul 03.00 (atau semakin hari semakin mundur) sudah masuk waktu imsakiyah. Kalau butuh waktu sekitar 30 menit untuk santap sahur, maka pukul 02.00 sudah mepet sekali melaksanakan tahajjud dan witir. Jadi rentang waktu tidur hanya sekitar 4 jam 15 menit, atau maksimal 5 jam tanpa tahajjud. Dan waktu tidur ini akan menjadi lebih pendek lagi bagi yang ingin menghidupkan sepertiga malam. MasyaAllah...


Demikian kira-kira gambaran Ramadhan kami tahun ini. InsyaAllah, semangat untuk menghidupkan malam di bulan istimewa masih membara dalam niatan kami. Mohon doanya agar kami dikuatkan menjalani ibadah puasa yang rentang waktunya lebih panjang dibanding tanah air, dan tetap diberikan kekuatan untuk menghidupkan malam harinya. Mohon doanya, agar dalam rentang waktu pendeknya malam-malam Ramadhan kami di negeri ini, Allah tetap memberikan satu malam kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan. Malam Lailatul Qadr yang selalu dirindukan.

Dan doa yang sama untuk seluruh muslim di tanah air.

Aamiin yaa Rabbal 'aalamiin...

Mohon maaf lahir dan batin,
Yenni Mulyati


Comments

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Niat Pulang Kampung - Part 1

Pendidikan Karakter Khas Jepang (Part 2)