Niat Pulang Kampung - Part 1

Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya terlebih dulu pembaca menyimak postingan yg saya copy paste dari blog Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Gorontalo berikut ini:

http://icg.sch.id/id/index.php/berita-ic/189-ini-torehan-baru-dalam-sejarah-di-mtq-nasional.html

Tulisan ini juga masih berhubungan dengan artikel yang pernah saya tulis sebelumnya di blog ini dengan judul "Jawaban". Apa yang pernah saya alami merupakan rangkaian takdir Allah yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Meskipun terkadang sampai saat ini pun hati ini sering merasa berat atas apa yang diamanahkan-Nya, tapi sisi hati yang lain juga meghibur bahwa ini adalah anugerah yang diberikan kepada hamba-hamba yag dikehendaki-Nya saja. Pada akhirnya, sabar menyandang beban amanah ini sekaligus syukur atas limpahan karunia yang diberikan Allah SWT adalah dua hal yang harus terus saling beriringan dalam perjalanan alam fana ini, menuju alam baka yang sesungguhnya. Negeri akhirat.

Menjadi seorang Hafidzhoh Al-Qur'an apabila disadari sebagai nikmat yang harus senantiasa dipelihara, maka akan menjadi hujjah pembela di akhirat kelak bagi sahabatnya ahlul qur'an. Namun apabila diyakini sebagai gelaran yang membanggakan dan terpedaya dari menjaganya, maka bersiap-siaplah dihari penghitungan kelak ia akan menjadi bumerang yang akan mendorong pembacanya kedalam neraka. Na'udzubillaahi min dzaalik.. Semoga Engkau tetap memberikan kekuatan agar hamba tetap istiqomah menjalankan adab dan kewajiban terhadap Kalamullaah. Aamiin yaa Rabbaal 'alamiin...

Kisah ini adalah tentang seseorang yang mengikuti ajang MTQ dengan niat yang mungkin berbeda dari peserta lainnya dari seluruh propinsi di Indonesia. Adalah saya, yang diiming-imingi oleh rekan kerja yang disegani dan dihormati - Umi Rahmasari calon doktor di bidang fiqih - untuk ikut serta dalam ajang tersebut. Tak tanggung-tanggung, tawarannya begitu menggiurkan dan tepat sasaran bagi saya. Betapa tidak, beliau langsung mengatakan, "Tingkat nasionalnya akan diadakan d Batam Kepulauan Riau, kampungnya anti!"

Kalau bukan karena sebaris tawaran itu, mungkin butuh banyak alasan dan motivasi untuk membujuk saya lebih jauh agar mau ikut serta. Karena sekaligus yang jadi bahan pertimbangan adalah tawaran itu datang dua pekan menjelang seleksi tingkat kecamatan dilaksanakan. Bukan main-main lagi, yang diajukan adalah golongan lomba tafsir bahasa inggris!

Entah berapa kali lipat tak tanggung-tanggung dan tak main-main dalam mengambil keputusan ini. Tapi sekali lagi, keinginan untuk menginjakkan kaki ke kampung halaman, memeluk kedua orangtua, silaturahim dengan keluarga, dan memberikan secercah kebahagiaan bagi kakek-nenek yang belum pernah bersua dengan cucu kedua mereka. Ya, si kecil Rumaisha Rizquna Rachman putri terkasihku yang kedua. Diusianya yang 1,5 tahun, belum pernah bertemu dengan mbah-mbahnya sekalipun, kecuali mbah Suharti yang berkesempatan datang ke Gorontalo lebaran 2013 yang lalu.

Maka apapun kendala yang masih menjadi beban disingkirkan demi niat pulang kampung. Silaturahim. Ditamba dengan satu kendala besar lainnya, kakak Rum juga harus ikut serta. Bagaimana tidak? Tidak mungkin ia ditinggal bersama ayahnya di Gorontalo dengan aktivitas mengajarnya di kampus. Belum lagi usianya yang hampir empat tahun di hulan Agustus, mengharuskannya membayar tiket pesawat full senilai orang dewasa. Padahal harga tiket menuju Batam sedang di titik klimaks, karena selain event MTQ, masih ada dua event nasional lainnya yang diselenggarakan di kota Batam dalam waktu yang bersamaan. Lalu bagaimana? Kembali ke niat, Bismillaah, biidznillaah... Allah yang akan mengatur semua urusan hamba-Nya dengan kemudahan-kemudahan yang dijanjikan-Nya.

Lalu persiapan segala sesuatu pun dimulai. Mulai dari mencari Al-Qur'an English translation (dalam hal ini Umi Rahma sampai meminjam kepada orangtua siswa MAN ICG, Ario Anindito, yang ibunya mengirim via titipan kilat Al-quran lawas itu dengan berat diatas 3 kg), mencari kitab di perpustakaan, searching di google dan mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan tafsir bahasa inggris MTQ. Langkah kedua tentunya memantapkan hafalan dan menghafal translation dan interpretation dari juz yang sudah ditentukan. Untuk tahun 2014, juz yang di ujikan adalah juz 7.

Singkat cerita, berbagai kemudahan Allah berikan dalam proses perjalanan menuju apa yang sudah diniatkan di awal. Di tingkat kecamatan, tidak ada peserta lain sebagai saingan. Begitu juga di tingkat kabupaten, dan begitu juga di tingkat propinsi. Jadi membaca artikel diatas jangan heran, karena peserta satu-satunya maka juara satu lah jadinya (silahkan tertawa). Yang membedakan hanya di tingkat propinsi ada standar nilai penjurian yang harus sesuai standar tingkat nasional. Entah apa pertimbangan para juri (kalau soal ini aku yakin atas kehendak Allah menuntun hati-hati para juri untuk kasihan padaku yang sudah susah payah sendirian berkompetisi tanpa saingan) yang pada akhirnya diputuskan aku akan mengikuti tahap selanjutnya, Training Centre.

Itu artinya, aku berhak mendapat satu tiket gratis menuju kampung halaman tempat MTQ ke-25 ini di gelar. Batam, i'm coming......! Luapan syukur ini kemudian berganti dengan kebimbangan hati, apakah aku benar-benar siap dan layak mengikuti ajang tingkat nasional ini? Bagaimanapun proses terpilihnya aku mewakili propinsi Gorontalo, pada akhirnya tetap harus yang terbaik persembahan yang kuberikan.

Belum lagi ditambah Raisa dan biaya transportasinya yang belum "kelihatan" di depan mata. Tiket pulang-pergi termurah Batam-Gorontalo adalah 5,5 juta bahkan diatas nominal tersebut. Hadiah dari LPTQ Gorontalo sebagai juara 1 tingkat propinsi ditambah uang transportasi tingkat kabupaten dan uang saku Training Centre, alhamdulillah belum mencukupi dana yang dibutuhkan. Sejak saat itu do'a yang kupanjatkan berubah. Apa itu? Nantikan di kisah Niat Pulang Kampung - Part 2.

Riau Archipelago... That' s a great destiny to reach by. Bintan Island.. Miss you so much!!!






Comments

Popular posts from this blog

Masjid Pertama Kagawa dalam Doa dan Cita

Pendidikan Karakter Khas Jepang (Part 2)