Raisa Rayyana Rachman adalah putri pertama dari ayah Agus Bahar Rachman, S.Pt,M.Si. Putri kebanggaan, yang selalu disayangi dalam setiap dekapan do'a dan tubuhnya. Sejak dalam kandungan, Raisa senantiasa 'bertemu' dengan ayahnya di setiap kesempatan. Bisa dihitung jari jumlah hari mereka terpisah jarak - Raisa yang masih dalam kandungan ibunya - dengan ayahnya. Kebetulan ayah ibunya menikah di bulan November 2009, dan bulan Desember setelahnya janin Raisa sudah dalam kandungan. Sejak itu Raisa senantiasa dalam kebersamaan ayah bundanya yang masih berbulan madu. Ehm....
Bunda yang sudah menyelesaikan program sarjana di Universitas Diponegoro (almamater yang sama dengan program S1 ayah dulu), harus ikut mendampingi ayah yang masih harus menyelesaikan program magister di Institut Pertanian Bogor. Hmmm, bulan madu asyik banget di kota hujan Bogor. Dingin, brrrr.... dan dekat kemana-mana. Termasuk jalan-jalan ke Taman Bunga Nasional di Cipanas atau main ke Ancol di Jakarta. Cukup dengan kereta api, murah meriah dalam hangatnya pelukan pasangan yang melindungi diantara desakan penumpang kereta rata-rata pekerja Bogor - Jakarta. Hihihi....
Walhasil, Raisa benar-benar senantiasa dekat. Hanya dua moment yang membuatnya terpisah sementara, satu minggu ketika ayah harus berangkat ke Gorontalo duluan, karena harus melapor ke Universitas Negeri Gorontalo. Jadilah Raisa dan Bunda masih tertinggal satu pekan di Bogor. Bahkan, tidak sampai satu pekan karena baru beberapa hari ayah sudah mengeluh kangen. Sama Bunda atau Raisa, Yah? ^_^
Moment kedua adalah ketika ayah harus mendampingi Program Kreativitas Mahasiswa UNG yang tembus hingga nasional, yang diadakan di Bali tahun 2010. Satu pekan Bunda dititipkan di rumah Bu Rahma Katili (ti nene Raisa), meski jaraknya hanya selang satu rumah. Khawatir ada apa-apa katanya. Mereka memang 'orangtua' yang
subhanallaah perhatiannya. Silahkan datang ke Gorontalo dan berkenalan dengan keluarga satu ini, insyaAllah akan dijamu sebaik-baiknya oleh mereka!
Baiklah, tak lama kemudian... Raisa pun lahir ke dunia. Tepat tanggal 16 Agustus 2010 pukul 14.50 WITA. Banyak yang berkomentar, kenapa tidak keluar esok harinya saja pas hari kemerdekaan? Hmmm, Raisa sudah tidak sabar bertemu ayah jawabannya. Padahal, dua pekan sebelumnya Bunda sudah berada di klinik selama 3 hari karena his palsu. Karena ayah sangat sayang pada calon bayi pertamanya, Bunda pun dilarikan ke klinik bersalin. Tiga hari ditunggu Raisa tak kunjung lahir. Ternyata benar sesuai perkiraan bidan, dia lahir tepat di hari perkiraan lahirnya. Subhanallaah.... disiplin banget ya nak...
Karena jauh dari keluarga (yang sedarah, kalau keluarga angkat yang sudah seperti keluarga sendiri sih banyak banget di Gorontalo), jadilah ayah yang mengurusi Bunda dan bayi Raisa. Ayah yang mendampingi Bunda kesakitan hingga melahirkan (tapi ayah cuma di balik tirai sambil tilawah al-Qur'an, tidak berani melihat langsung prosesnya), mengadzani dan meng-iqomah-i bayi Raisa, membereskan semua perlengkapan yang harus disediakan, hingga menggendong bayi Raisa mendekat ke Bunda ketika minta disusui.
Bunda ingat ketika cara menggendong ayah dikomentari seorang ibu yang berada di ranjang samping, "Bukan begitu cara menggendongnya, pak...(posisi tangan Ayah seperti berdoa dan mengangkat tubuh bayi, sama seperti petugas pengibar bendera menyerahkan bendera pusaka kepada temannya untuk dikibarkan). Begini..... (ibu itu mencontohkan tangan satunya harus mengambil dari sisi sebaliknya tubuh bayi, tangan kanan dari sisi kiri bayi dan sebaliknya tangan kiri dari sisi kanan bayi - sama seperti posisi mendekap). Kalau begitu seperti cara menggendong mayat"
Ayah hanya tersenyum kecut. Sementara semua harus diurus sendiri, masih saja ada yang sibuk mengomentari. Ayah juga yang mencarikan dukun kampung untuk mengurus ari-ari bayi. Dan satu lagi, yang mungkin jarang ayah lain melakukannya, ayah juga yang mencucikan kain bekas Bunda melahirkan Raisa. Yang dengan kata lain tentu saja, kain-kain itu berlumuran darah segar. Ketika ditanya kenapa tidak meminta diurus oleh dukun bayi, ayah hanya menjawab, "Tidak apa-apa".
Begitulah ayah....
Masih begitu juga dengan cerita kelahiran anak kedua, Rumaisha Rizquna Rachman. Ayah masih setia mengurus segala hal yang sama dengan yang dilakukan terhadap bayi Raisa. Bahkan kelahiran kali ini ayah sedang disibukkan dengan urusan pemberkasan CPNS beliau. Ya,
alhamdulillah ayah diterima CPNS di tahun kelahiran Rum. Nah, ini juga kehebatan ayah yang lainnya, yang mungkin juga sangat jarang dimiliki ayah-ayah lainnya. Disamping kesibukan beliau masih harus mengurus ini-itu untuk urusan pemberkasan CPNS, sehari setelahnya (7 November 2012) akta kelahiran Rum sudah jadi! Hal yang sama seperti kelahiran Raisa, bedanya adalah dua hari kemudian baru diuruskan. Terang saja, sehari setelah kelahiran Raisa kan 17 Agustus alias libur nasional, termasuk pegawai di kantor pencatatan sipil. Hahaha... Maka akta kelahiran Raisa pun tercatat 18 Agustus 2010.
Subhanallaah....
Ayah memang luarbiasa.
Patutlah kalau dua bidadari kecilnya ini jadi makhluk yang paling kompak dengan ayahnya!
 |
| Lebaran silaturahim di rumah bu Yasin Dilo |
 |
| Bersepeda bersama... asyiknya! |
 |
| Kompak di Kegiatan Milad Al-Ishlah tahun 2011 |
 |
| Di rumah Liluwo |
 |
| Bobo bareng |
 |
| Diantara Ayah dan Bunda |
 |
| Di Masjid Al-Ishlah berfoto hari fitri |
 |
| Berjalan bersama di Boulevard MAN Insan Cendekia Gorontalo |
 |
| Ayah dan Raisa 3 bulan di MTs Al-Ishlah |
Comments
Post a Comment